MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, METODE
DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
Arends
(1997) menyatakan "The term teaching model refers to a particular approach
to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management
system". Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksisnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, semngga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih
luas daripada pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan -atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan Iain-lain (Joyce, 1992). Selanjutnya Joyce
menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
Soekamto,
dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah:
"Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bag! para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar". Hal ini sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan
kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi,
metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1.
Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2.
Landasan pemikiran tentang apa dan
bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai);
3.
Tingkah laku pembelajaran yang
diperlukan agar model tersebut dapatdilaksanakan dengan berhasil; dan
lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000).
Adapun
istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007)
memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda balk dengan
strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada
pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersurnber
dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
(student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan
strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran
induktif.
Menurut
Fathurrahman Pupuh (2007) metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian
yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode
didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah
keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan
usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Oleh
karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi
keberhasilan kegiatan belajar-mengajar sama pentin'gnya dengan
komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.
Makin
tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan semakin efektif
kegiatan pembelajaran. Tentunya ada juga faktor-faktor lain yang harus
diperhatikan, seperti: faktor guru, anak, situasi (lingkungan belajar), media,
dan Iain-lain.
Selain
strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat istilah lain yang
kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan
taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah
cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu
cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan
efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya
memperhatikan kondisi dan .situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan
jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda jika dilakukan pada
pagi hari dengan jumlah peserta didik yang sedikit.
Taktik
adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya ada dua orang yang
sama-sama menggunakan metode cerarnah dalam situasi yang sama maka bisa
dipastikan mereka akan melakukannya secara berbeda.
Dari
paparan di atas, dapat disimpulkan bahjwa strategi pembelajaran yang diterapkan
oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana
menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam
upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang
dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda
antara guru yang satu dengan yang lain.
KLASIFIKASI
STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi
dapat dikiasifikasikan menjadi 4, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui
pengalaman (experimental).
Strategi
pembelajaran langsung
Strategi
pembelajaran langsung merupakan pembalajaran yang banyak diarahkan oleh guru.
Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan
tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan
strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan
utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang
diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok,
Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi
pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang
lain.
Strategi
pembelajaran tak langsung
Strategi
pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran
langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik,
meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser
dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar
dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan
dari strategi ini antara lain: (1) mendorong ketertarikan dan keingintahuan
peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah, (3)
mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan
yang* lain, (4) pemaKaman yang lebih baik, (5) mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, '
outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran irii juga tidak cocok apabila
peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
Strategi
pembelajaran interaktif
Pembelajaran
interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi
dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan,
pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun
cara alternatif untuk berpikir dan merasakan.
Kelebihan
strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan
guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, (2)
mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Strategi
pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan
metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada
kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
Strategi
pembelajaran empirik (experiential)
Pembelajaran
empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan
berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi
perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis
dalam pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan
dari strategi ini antara lain: (1) meningkatkan partisipasi peserta didik, (2)
meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3) meningkatkan anaiisis peserta
didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Sedangkan
kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada
hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
Strategi
pembelajaran mandiri
Belajar
mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusr.ya adalah pada
perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar
mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
kecil.
Kelebihan
dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan
bertanggung jawab. Sedangkan kekurangannya adalah peserta Ml belum dewasa,
sehingga sulit menggunakan pembelajaran-mandiri.
Karakteristik
dan cara penggunaan macam-macam strategi di atas, akan dibahas tuntas pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya. Strategi yang akan dibahas telah dimodifikasi
sesuai yang banyak diperlukan dalam pembelajaran di Mi, yaitu: pada paket 5,
dibahas tentang strategi pembelajaran langsung (direct instruction), paket 6,
strategi pembelajaran tak langsung (indirect instruction) yang berbasis masalah (SPBM), paket 8,
strategi pembeiajaran kooperatif (cooperative learning), paket 8, strategi
pembeiajaran aktif, dan paket 9, strategi pembeiajaran peningkatan kemampuan
berpikir.
KOMPONEN
STRATEGI PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada
seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Selaku suatu sistem, pembeiajaran meliputi suatu komponen, antara lain
tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan
itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar
sesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya
memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, baiian, dan
evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
Guru
Guru
adalah pelaku pembeiajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembeiajaran. Komponen
guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan
sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi
bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi
bervariasi. Tujuan rekayasa pembeiajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan
peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses
belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil
belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa
pembeiajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Peserta
didik
Peserta
didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan
potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta
ini dapat dimodifikasi oleh guru.
Tujuan
Tujuan
merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi,
media dan evaluasi pembeiajaran. Untuk itu, dalam strategi pembeiajaran,
penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh
seorang guru, karena tujuan pembeiajaran merupakan target yang ingin dicapai
dalam kegiatan pembeiajaran
Bahan Pelajaran
Bahan
pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa
materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan
dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut
Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yangterdapat dalam kegiatan
pembeiajaran.
Kegiatan
pembelajaran
Agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan
strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan standar proses pembelajaran.
Metode
Metode
adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang
berlangsung.
Alat
Alat
yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat
memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu- alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat
berupa suruhan, perintah, larangan dan Iain-lain, sedangkan yang nonverbal
dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan Iain-lain.
Sumber
Pembelajaran
Sumber
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar
dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya,
manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan Iain-lain.
Evaluasi
Komponen
evaluasi merupakan komponen yang berfungsi Dntuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau beium, juga bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi
yang tetah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi
sebagai fungsi sumatif dan formatif.
Situasi
atau Lingkungan
Lingkungan
sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan
yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak
madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan
teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut
isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk
pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan
menggunakan metode lain, misalnya membuat Wiping.
Komponen-komponen
strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk
itu semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap strategi pembelajaran. Untuk lebih mempermudah menganalisis faktor
yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: peserta didik sebagai raw input,
entering behavior peserta didik, dan instrumental input atau sasaran.
Peserta
didik sebagai raw input
Strategi
pembelajaran digunakan dalam rangka membelajarkan peserta didik. Untuk itu
dalam pembelajaran seorang guru harus memperhatikan siapa yang dihadapi.
Peserta didik pada tingkat sekolah yang sama cenderung memiliki umur yang sama,
sehingga perkembangan intelektual pada umumnya adalah sama. Dipandang dari
kesamaan ini, maka seorang guru dapat menggunakan metode atau teknik yang sama
dalam membelajarkan peserta didik. Namun demikian di samping persamaan
tersebui, peserta masih mempunyai perbedaan-perbedaan walaupun pada umur yang
relatif sama.
Perbedaan
peserta didik tersebut dari segi fisiologisnya adalah pendengaran, penglihatan,
kondisi fisik, juga perbedaan dari segi psikologisnya. Perbedaan segi
psikologis terse'but antara Iain adalah 10, bakat, motivasi, minat/perhatian,
kematangan, kesiapan, dan masih banyak lagi. Kondisi-kondisi tersebut sangat
mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Untuk itu, dalam menentukan strategi
pembelajaran harus diperhatikan hal-hal di atas.
Pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam menghadapi heterogenitas peserta dalam kelas yang
sama adalah seorang guru disarankan untuk metode
dan media mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan dimungkinkan masing-masing
peserta didik akan mempunyai kecenderungan tertarik pada metode dan media
tertentu.
Entering
Behavior Peserta Didik
Seorang
pendidik untuk dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai terlebih
dahulu harus mengetahui perubahan perilaku, baik secara material-subtansial,
struktural-fungsional, maupun secara behavior peserta didik. Misalnya, apakah
tingkat prestasi yang dicapai peserta didik itu merupakan hasil kegiatan
belajar-mengajar yang bersangkutan?.
Untuk
kepastiannya, guru seharusnya mengetahui tentang karakteristik perilaku peserta
didik saat mereka mau masuk sekolah dan saat kegiatan belajar-mengajar
dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku peserta didik yang
dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Itulah yang
dimaksudkan dengan entering behavior peserta didik.
Entering behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara
sebagai berikut:
·
Secara tradisional,
telah lazim para
guru mulai dengan
pertanyaan mengenai
bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
·
Secara inovatif, guru tertentu
di berbagai lembaga
pendidikan yang memiliki
atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pretes sebelum
mereka mulai
mengikuti program belajar-mengajar.
Pola-pola
Belajar Peserta Didik
Mengetahui
pola belajar peserta didik adalah modal bagai seorang guru untuk menentukan
strategi pembelajaran. Robert M. Gagne (1979) membedakan pola-pola belajar
peserta didik ke dalam delapan tipe, yang tiap tipe merupakan prasyarat bagi
lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan tipe belajar dimaksud adalah: 1)
sinyal, (belajar isyarat), 2) stimulus-response learning (belajar stimu-pons),
3) chaining (rantai atau rangkaian), 4) verbal association, (asosiasi verbal),
5) discrimination learning (belajar diskriminasi), 6) concept learning (belajar
konsep), 7) rule learning (belajar aturan), problem solving (memecahkan
rndsalah).
Kedelapan
tipe belajar sebagaimana disebutkan di atas akan dijelaskan satu per satu
secara singkat dan jelas sebagai berikut:
Belajar
Tipe 1: Signal Learning (Belajar Isyarat)
Belajar
tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi, tidak ada persyaratan, namun
merupakan hierarki yang harus dilalui untuk menuju jenjang belajar yang paling
tinggi. Signal learning dapat diartikan sebagai penguasaan pola-pola dasar
perilaku bersifat involuntary (tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya).
Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang
diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus
(signal) secara serempak dan perangsang-perangsang tertentu secara berulang
kali.
Ini
mirip dengan conditioning menurut Pavlov yang timbul setelah sejumiah
pengalaman tertentu. Respons yang timbul bersifat umum dan emosional selain
timbulnya dengan tidak sengaja dan tidak dapat dikuasai Cnntoh: Aba-aba
"Siap!" merupakan suatu sinyal atau isyarat mengambil sikap tertentu.
Melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang. Wajah ibu di sini merupakan isyarat
yang menimbulkan perasaan senang itu. Melihat ular yang besar menimbulkan rasa
takut. Melihat ular merupakan isyarat yang menimbulkan perasaan tertentu.
Belajar
Tipe 2: Stimulus-Respons Learning (Belajar Stimulus-respons)
Bila
tipe di atas digolongkan dalam jenis classical condition, maka belajar 2 ini
termasuk ke dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error
(mencoba-coba). Proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang
serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar
ini adalah faktor inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya
amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat
reinforcement,
Contoh:
Anjing dapat diajar "memberi' salam". dengan mengangkat kaki depannya
bila kita katakan "Kasih tangan! " atau "Salam". Ucapan
'kasih tangan'* merupakan stimulus yang menimbulkan respons 'memberi' salam'
oleh anjing itu.
Belajar
Tipe 3: Chaining (Rantai atau Rangkaian)
Chaining
adaiah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimuius-Respons) yang satu
dengan yang lain., Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini
antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumiah satuan
pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan,
pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses
chaining.
Contoh:
Dalam bahasa kita banyak contoh chaining seperti ibu-bapak, kampung-halaman,
selamat tinggal, dan sebagainya. Juga dalam perbuatan kita banyak terdapat
chaining ini, misalnya pulang kantor, ganti baju, makan malam, dan sebagainya.
Chaining terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, sebab yang
terjadi segera setelah yang satu lagi. Jadi berdasarkan hubungan contiguity).
Belajar
Tipe 4. Verbal Association (Asosiasi Verbal)
Baik
chaining maupun verbal association, yang kedua tipe belajar ini, menghubungkan
satuan ikatan S-R yang satu dengan lain. Bentuk verbal association yang paling
sederhana adalah bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat
mengatakan "bujur sangkar", atau mengatakan "itu bola
saya", bila melihat bolanya. Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk
geometris agar dapat mengenal "bujur sangkar' sebagai salah satu bentuk
geometris, atau mengenal 'bola', 'saya', dan 'itu'. Hubungan itu terbentuk,
bila unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti satu lagi
(contiguity).
Belajar
Tipe 5: Discrimination Learning (Beiajar Diskriminasi)
Discrimination
learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan seleksi dan
pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian
memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama
berlangsung proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai pola aturan
melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R)
Contoh:.
Guru mengenal peserta didik serta nama masing-masing karena mampu mengadakan
diskriminasi di antara anak itu. Diskriminasi didasarkan atas chain. Anak
misalnya harus mengenal mobil tertentu beserta namanya. Untuk mengenal model
lain diadakannya chain baru dengan kemungkinan yang satu akan mengganggu yang
satunya lagi. Makin banyak yang dirangkaikan, makin besar kesulitan yang
dihadapi, karena kemungkinan gangguan atau interference itu, dan kemungkinan
suatu chain dilupakan.
Belajar
Tipe 6: Concept Learning (Belajar Konsep)
Concept
learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari
sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk pengerudri aiau Konsep. Nonaisi utama yang aipenuKan aaaian
menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.
Belajar
konsep dapat dilakukan karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi
internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Manusia dapat
melakukannya tanpa batas berkat bahasa dan kemampuannya rnengabstraksi. Dengan
menguasai konsep, ia dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu,
misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya. la dapat
menggolongkan manusia menurut hubungan keluarga, seperti bapak, ibu, paman,
saudara, dan sebagainya; menurut bangsa, pekerjaan, dan sebagainya.
Dalam
hal ini, kelakuan manusia tidak dikuasai oleh stimulus dalam bentuk fisik,
melainkan dalam bentuk yang abstrak. Misalnya kita dapat menyuruh peserta didik
dengan perintah: "Ambilkan botol yang di tengah! " Untuk mempelajari
suatu konsep, peserta didik harus mengalami berbagai situasi dengan stimulus
tertentu. Untuk itu, ia harus dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan
apa yang termasuk dan tidak termasuk konsep itu. Proses belajar konsep memakan
waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur.
Belajar
Tipe 7: Rule Learning (Belajar Aturan)
Rule
learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini
peserta didik belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif,.dedukatif, sintesis,
asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga peserta didik dapat
menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dipandang sebagai
"rule ": prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya.
Belajar
Tipe 8: Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Problem
solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik
belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan
yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan
berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Belajar memecahkan masalah itu
berlangsung sebagai berikut: Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan
kepada sifuasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam
kesulitan. Langkah-langkah yang memecahkan masalah, adalah sebagai berikut:
Merumuskan
dan Menegaskan Masalah
Individu
melokalisasi letak sumber kesulitan, untuk memungkinkan mencari jalan
pemecahannya. la menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan
prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuiriya sebagai pegangan.
Mencari
Fakta Pendukung dan Merumuskan Hipotesis
Individu
menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain dalam
menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian mengidentifikasi berbagai
alternatif kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pertanyaan
dan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian (hipotesis).
Mengevaluasi
Alternatif Pemecahan yang Dikembangkan
Setiap
alternatif pemecahan ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya dilakukan
pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin
(feasible) dan menguntungkan.
Mengadakan
Pengujian atau Verifikasi
Mengadakan
pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang
dipilih, dipraktikkan, atau dilaksanakan. Dari hasii pelaksanaan itu diperoleh
informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang telah dirumuskan.
Instrumental
Input atau Sasaran
Instrumental
input menunjukkan kualifikasi serta kelengkapan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Yang termasuk dalam
instrumental input antara lain guru, kurikulum, bahan/sumber, metode, dan
media.
Keberadaan
instrumental input ini sangat mempengaruhi dalam menentukan strategi
pembelajaran. Misalnya secara teoritis, dipandang dari tujuannya maka suatu
materi harus disajikan dengan menggunakan metode laboratorium, namun karena
tidak adanya media di sekolah tersebut, maka diganti dengan metode demonstrasi
atau yang lainnya.
Strategi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan selalu bergantung pada sasaran atau
tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional
dan konkret, yakni Tujuan Instruksional Khusus dan Tujuan umum, tujuan KuriKuier, tujuan nasionai, sampai Kepada tujuan
yang bersifat universal.
Persepsi
guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan pelajaran akan
mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara serta sasaran-kegiatan.
Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang
didambakan tersebut harus memiliki kualifikasi: a) pengembangan bakat secara,
optimal, b) hubungan antarmanusia, c) efisiensi ekonomi, dan d) tanggung jawab
warga selaku warga negara.
Pandangan
hidup para guru maupun peserta didik akan turut mewarnai berkenaan dengan
gambaran karakteristik sasaran manusia idaman. Konsekuensinya akan mempengaruhi
juga kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian, serta penilaian terhadap
kegiatan belajar-mengajar.
Enviromental
Input (Lingkungan)
Lingkungan
sangat mempengaruhi guru di dalam menentukan strategi belajar-mengajar.
Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim,
sekolah, letak sekolah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani,
misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini
misalnya seharusnya menurut isi materinya seharusnya menggunakan media
masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka
diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
Proses
belajar-mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi.
Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan beiajar terarah sesuai dengan
tujuan pendidikan. Pengawasan itu turut menentukan lingkungan dalam membantu
kegiatan beiajar. Lingkungan beiajar yang baik adalah lingkungan yang menantang
dan merangsang para peserta didik beiajar, memberikan rasa aman dan kepuasan
serta mencapai tujuan yang diharapkan. Saiah satu faktor yang mendukung kondisi
beiajar di dalam suatu kelas adalah job description proses belajar-mengajar
yang berisi serangkaian pengertian peristiwa beiajar yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, job description guru
dalam implementasi proses beiajar- mengajar sebagai berikut:
·
Perencanaan instruksional, yaitu
alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
organisasi beiajar.
·
Organisasi beiajar
yang merupakan usaha
menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas
ata-u lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang
mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar-mengajar.
mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar-mengajar.
·
Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan
motivasi beiajar peserta didik.
·
Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, mengaskan,
dan mengarahkan kegiatan
belajar-mengajar sesuai
dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya.
·
Penelitian yang lebih
bersifat penafsiran penilaian
yang mendukung pengertian lebih luas dibanding dengan pengukuran
atau evaluasi pendidikan.
STRATEGI
PEMBELAJARAN EFEKTIF
Pengertian
strategi pembelajaran efektif adalah prinsip memilih hai-hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan
strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi
memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Killen
(1998) : Wo teaching strategy is better than others in all circumstances, so
you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rational
decisions about when each of the teaching strategies is likely to most
effective.
Apa
yang dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang
dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami
prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut.
Berorientasi
pada Tujuan
Segala
aktivitas guru dan peserta didik, mestinya diupayakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang
bertujuan. Oleh karena keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat
ditentukan dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Aktivitas
Belajar
bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat;
memperoleh pengalarnan tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena
itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
Individualitas
Mengajar
adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun kita
mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin kita
capai adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.
Integritas
Mengajar
harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga
meliputi aspek afektif, dan psikomotorik.
Prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran sebagai
berikut:
Interaktif
Prinsip
interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan
pengetahuan dari guru ke peserta didik; akan tetapi mengajar dianggap sebagai
proses mengatur iingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
Dengan demikian, proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru
dan peserta didik, antara peserta didik dan peserta didik, maupun antara
peserta didik dengan lingkurigannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan
kemampuan peserta didik akan berkembang, baik mental maupun intelektualnya.
Inspiratif
Proses
pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan peserta didik
untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan
masalah dalam pembelajarafi. bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan
tetapi rnerupakan hipotesis yang; merangsang peserta didik untuk mau mencoba
dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka berbagai kemungkinan yang
dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan peserta didik berbuat dan berpikir sesuai
dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif
yang bisa dimaknai oleh setiap peserta didik.
Menyenangkan
Proses
pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta
didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka
terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan
agar proses pembelajaran rnerupakan proses yang menyenangkan (joyfull
learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan
menarik, yaitu yang memenuhi unsur kesehatan, misalnya dengan pengaturan
cahaya, ventilasi, dan sebagainya; serta memenuhi unsur keindahan, misalnya cat
tembok yang segar dan bersih, bebas dari debu, lukisan dan karya-karya peserta
didik yang tertata, vas bunga, dan lain sebagainya. Kedua, melalui pengeloiaan
pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model
pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan serta gerakan-gerakan guru
yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Menantang
Proses
pembelajaran adalah proses yang menantang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan
tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta
didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau
bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang
peserta didik untuk berpikir (learning how to learn) dan melakukan (learning
how to do). Apabila guru akan memberikan informasi, hendaknya tidak memberikan
informasi yang sudah jadi yang siap dikonsumsi peserta didik, akan tetapi
informasi yang mampu membangkitkan peserta didik untuk mau
"mengunyahnya", untuk memikirkannya sebelum ia mengambil kesimpulan.
Untuk itu, dalam hal--hal tertentu, sebaiknya guru memberikan informasi yang
"meragukan", kemudian karena keraguan itulah peserta terangsang untuk
membuktikannya.
Motivasi
Motivasi
adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa
adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk beiajar. Oleh
karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru
dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan
yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu.
Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri peserta didik manakala mereka
merasa membutuhkan (need). Peserta didik yang merasa butuh akan bergerak dengan
sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab, itu dalam rangka
membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan
materi belaj-ar bagi kehidupan peserta didik, dengan demikian peserta didik
akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilaf atau pujian akan tetapi
didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
·
Ada dua nai yang patut aicermati
aan pengertian-pengernan straiegi pembelajaran Pertama, strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan.
·
Model pembelajaran adalah:
"Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar".
·
Pendekatan dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih
sangat umum Metode diartikan sebagai suatu cara.atau prosedur yang dipakai
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran metode
didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik
untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan Teknik dan taktik mengajar
merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang
dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode yaitu cara yang
harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Taktik
adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual.
·
Komponen strategi pembelajaran
adalah; guru, siswa, tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode,
alat, sumber pembelajaran dan evaluasi
·
Komponen-komponen strategi
pembelajaran akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu, semua komponen
strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi
pembelajaran.
·
Faktor yang mempengaruhi strategi
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu peserta didik, sebagai raw
input, instrumental input atau sasaran, enviromental input (lingkungan).
·
Strategi pembelajaran efektif:
berorientasi pada tujuan. aktivitas, individualitas, integritas, motivasi,
menantang. menyenangkan, inspiratif, interaktif.
KONSEP
DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan
adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan
baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Uno, 2008:2). Sedangkan yang dimaksud pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru
sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada "bagaimana
membelajarkan siswa", dan bukan pada "apa yang dipelajari
siswa".
Adapun
perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari
kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar
dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara
agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa
dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara menata interaksi antara
sumber-sumber belajar yang ada'agar dapat berfungsi secara optimal.
Dalam
konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan
penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan
uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yaitu:
1.
Perencanaan pengajaran sebagai
teknologi.
2.
Perencanaan pengajaran sebagai
suatu sistem.
3.
Perencanaan pengajaran sebagai
sebuah.\
4.
Perencanaan pengajaran sebagai
sains (science).
5.
Perencanaan pengajaran sebagai
sebuah proses.
6.
Perencanaan pengajaran sebagai
sebuah realitas.
Dengan
mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran
harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam
kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai
sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi
pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan dengan efektif dan
efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan
perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah dan lingkungan
sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting janggn sgmpai diabaikan.
DASAR
PERLUNYA PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perlunya
perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat
dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan
dengan asumsi berikut:
1.
Untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
2.
Untuk merancang suatu pembelajaran
perlu menggunakan pendekatan sistem;
3.
Perencanaan desain
pembelajaran diacukan pada
bagaimana seseorang belajar;
4.
Untuk merencanakan suatu desain
pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan;
5.
Pembelajaran yang
dilakukan akan bermuara
pada ketercapaian tujuan pembelajaran,
dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan
tujuan pengiring dari pembelajaran;
tujuan pengiring dari pembelajaran;
6.
Sasaran akhir dari perencanaan
desain pembelajaran adalah mudahnya siswa
untuk belajar;
untuk belajar;
7.
Perencanaan pembelajaran harus
melibatkan semua variabel pembelajaran;
8.
Inti dari desain pembelajaran
yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran
yang optimal untuk mencapai tujuan yangtelah ditetapkan.
MANFAAT
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan
pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan
tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan
pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran
berjangsung.
Terdapat
beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar-mengajar yaitu:
1.
Sebagai petunjuk arah kegiatan
dalam mencapai tujuan;
2. Sebagai
pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan;
3. Sebagai
pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;
4.
Sebagai alat ukur efektif tidaknya
suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan
kerja;
5. Untuk
bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja;
6. Untuk
menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.
Sedangkan penerapan
konsep dan prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi
diharapkan bermanfaat untuk:
1.
Menghindari duplikasi dalam
memberikan materi pelajaran Dengan menyajikan
materi peiajaran yang benar-benar
relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai,
dapat dihindari terjadinya
duplikasi dan pemberian materi pelajaran yangterlalu banyak.
2.
Mengupayakan konsistensi kompetensi
yang ingin dicapai mengajarkan suatu
mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapa
pun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapa
pun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
3.
Meningkatkan pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan, kecepatan,
dan kesempurnaan
siswa.
4.
Membantu mempermudah
pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan
akreditasi akan lebih
dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi
5.
Memperbarui sistem
evaluasi dan laporan
hasil belajar siswa.
Dalam pembelajaran
berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian
kompetensi atau subkompetensi tertentu,
bukan didasarkan
atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
6.
Memperjelas komunikasi
dengan siswa tentang
tugas, kegiatan, atau pengalaman
belajar yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan belajarriya.
menentukan keberhasilan belajarriya.
7.
Meningkatkan akuntabilitas publik.
Kompetensi yang telah
disusun, divalidasikan,
dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan
kegiatan pembelajaran kepada publik.
8.
Memperbaiki sistem sertifikasi.
Dengan perumusan kompetensi yang lebih spesifik
dan terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertitikat atau transkrip
yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.
PRINSIP-PRINSIP
UMUM TENTANG MENGAJAR
Prinsip-prinsip umum
yang harus dijadikan
pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar
adalah sebagai berikut.
1.
Mengajar harus berdasrakan pengalaman yang suaan dimiliki siswa. Apa yang
telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar-mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pretes. Hal ini sangat penting agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar-mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pretes. Hal ini sangat penting agar proses belajar-mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2.
Pengetahuan dan keterampilan yang
diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran
yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini
dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
3.
Mengajar harus memperhatikan
perbedaan individual setiap siswa.
4.
Kesiapan (readiness) dalam belajar
sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik
maupun mental untuk melakukan sesuatu.
mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik
maupun mental untuk melakukan sesuatu.
5.
Tujuan pengajaran harus diketahui
siswa. Apabila tujuan pengajaran diketahui,
siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus
dirumuskan secara khusus.
siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus
dirumuskan secara khusus.
6.
Mengajar harus mengikuti prinsip
psikologis tentang belajar. Para ahli psikologi merumuskan prinsip bahwa belajar itu harus bertahap dan
meningkat. Oleh karena itu,
dalam mengajar haruslah mempersiapkan
bahan yang bersifat
gradual, yaitu dari sederhana kepada yang kompleks (rumit); dari konkret kepada yang abstrak; dari umum (general) kepada yang kompleks; dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak); dengan menggunakan prinsip induksi ke induksi atau sebaliknya, dan
sering menggunakan penguatan (reinforcement).
gradual, yaitu dari sederhana kepada yang kompleks (rumit); dari konkret kepada yang abstrak; dari umum (general) kepada yang kompleks; dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak); dengan menggunakan prinsip induksi ke induksi atau sebaliknya, dan
sering menggunakan penguatan (reinforcement).